Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam
dua tahap, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri ( psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada
tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi
pertama di kota leipzig, Jerman.
Sebelum tahun 1879, psikologi dipelajari oleh para ahli
filsafat dan para ahli ilmu fasal (phisiologi), sehingga psikologi dianggap
sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti
plato, Aristoteles dan Socrates telah memikirkan jiwa dan gejala-gejalanya.
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempeljari hakikat
sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus sehingga
mencapai pengertuan yang hakiki tentang sesuatu. Pada waktu itu belumada
pembuktian secra empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan
argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar msih merupakan bagian dari
filsafatd alam arti semurni-murninya.
Pada Abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari
filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya masih menggunakan
argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descrates (1596-1650) yang
terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm leibniz (16446-1716)
yang mengutarakan teori kesejahteraan psikofhisik (psychophisical
paralellism), John Locke (1623-1704) dengan teori tabula rasa, bahwa jiwa
anak yang baru lahir masih bersih seperti papan lilin atau kertas putih yang
belum ditulisi. Pada masa sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para
ulama islam seperti Imam Al-gazali (wafat 505 H), Imam fachrudin Ar-Razi (wafat
606 H). Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan
ilmu tasawuf.
Disamping para ahli filsafat yang menggunakan logika, para
ahli ilmu faal juga melai menyelidiki gejala kejiwaan melalui
experimen-experimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah (empiris),
namaun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan
(sensoris), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan motoris di otak,
serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf tersebut. Dengan demikian
gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu
faal dengan metode yang lazim digunakannya. Diantara para tokohnya adalah: C
Bell, F. Magendie, J.P. Muller, P. Broca dan I.P Pavlov.
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri
merupakan masa di mana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan
metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan dipelajari
secara sistematis dan objektif. Selain metode experimen digunakan pula metode
intropeksi oleh W. Wundt. Gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan
hikum. Ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama yang mengaku
dirinya sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak psikologi. Sejak itu
psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi, penyusun
teori-teori dan keragaman penikiran-pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang
ke dalam berbagai aliran.
Psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
dalam hal isi, metode dan penggunaannya dimulai pada abad ke-19.
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak
psikologi modern, ia telah berusaha untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum abad ke 19, psikologi
merupakan bagian dari filsafat. Meskipun demikian, persoalan psikologi telah
ada sejak ratusan tahun sebelum masaehi, mansuia telah mempersoalkan masalah
“jiwa” atau “roh”, baik hakekatnya maupaun hhubungannya dengan manusia.
Perbedaan cara memecahkan masalah jiwa di masa lampau dengan masa modern,
terutam terletak dalam cara pendekatannya. Pemecahan masalah dimasa lampau bersifat
filosofis dan atomistis, sedang di masa modern dengan pendekatan scientific
(ilmiah), yaitu melalui penelitian-penelitian empirik.
Terdapat tiga fase perkembangan psikologi, yaitu:
1. Psikologi
sebagai bagian dari filsafat (psikologi kuno)
Pada zaman dahulu, psikologi dipengaruhi oleh cara-cara
berfikir filsafat dan terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal ini
dimungkinkan karena para ahli psikologi pada masa itu juga adalah ahli-ahli
filsafat, atau para ahli filsafat pada waktu itu juga ahli psikologi (tentang
kejiwaan).
.
Beberapa aliran psikologi yang muncul pada fase ini
diantaranya, yaitu: psikologi Plato, Psikologi Aristoteles, Psikologi
Augustine, Psikologi pada masa renaissance dan abad ke-17, psikologi asosiasi,
psikologi elementer (unsur) dari Herbart dan psikologi fisisologi.
2.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri
Akhir abad ke 19 merupakan titik permulaan daripada
psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yaitu sejak Wilhelm
Wundt (Jerman, tahun 1832-1920) melepaskan psikologi dari filsafat serta ilmu
pengetahuan alam. Wundt adalah seorang pelopor usaha tersebut dengan mendirikan
“laboratorium psikologi’ yang pertama kali, yaitu pada tahun 1875, kemudian
laboratorium tersebut disahkan dan diakui oleh Universitas-Leipziq pada tahun
1886. Sejak pengesahan tersebut berarti psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri.
3. Psikologi
modern dalam abad ke 20
Psikologi abad ke-20 ini mengalami perkembangan yang menuju
ke arah pengkhususan dalam studi, dengan pengkhususan tersebut diharapkan dapat
membawa kepada pendalaman bidang-bidangnya juga penyesuaian dalam penerapannya
bagi kehidupan umat manusia akan lebih intensif.
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri
merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan
metode ilmiah , terlepas dari ilmu filsafat dan ilmu faal.
Mulai permulaan abad ke-20 psikologi mempunyai lebih banyak
aliran dengan spesialisasi di bidang penelitian masing-masing serta
penerapannya. Beberapa contoh aliran-aliran yang berkembang pada fase ini
adalah:
a.
Psiko-analisa, yaitu aliran yang
berusaha menyelidiki tentang kejiwaan yang berada di bawah sadar manusia
b.
Psikologi perorangan, yaitu
psikologi yang berusaha menyelidiki hidup kejiwaan manusia dari segi pribadi
perorangan, menurut sumber pokok hidup kejiwaannya.
c.Psikologi analitis, yaitu aliran psikologi yang bertujuan mempelajari kehidupan jiwa manusia dari segi lapisan jiwa sadar dfan tidak sadar.
d. Neo-Freudianisme, yaitu suatu aliran psikologi yang bersumber dari pendapat-pendapat Freud, akan tetapi kemudian berkembang menjadi pandangan-pandangan baru. Manusia dianggap sebagai sebagai suatu mahluk yang bereaksi secara total kejiwaannya, bukan secara unsur demi unsur.
c.Psikologi analitis, yaitu aliran psikologi yang bertujuan mempelajari kehidupan jiwa manusia dari segi lapisan jiwa sadar dfan tidak sadar.
d. Neo-Freudianisme, yaitu suatu aliran psikologi yang bersumber dari pendapat-pendapat Freud, akan tetapi kemudian berkembang menjadi pandangan-pandangan baru. Manusia dianggap sebagai sebagai suatu mahluk yang bereaksi secara total kejiwaannya, bukan secara unsur demi unsur.
Refrensi :
1. wade, Carole. 2005. Psikologi. edisu kesembilan. Jakarta:Erlangga
No comments:
Post a Comment